Sabtu, 19 Juni 2010

Keperawatan Gawat Darurat/Kritis II

1. Yang termasuk dari akibat cidera sumsum tulang belakang adalah
1. Hiperfleksi
2. Hiperekstensi
3. Kompresi
4. Rotasi tulang belakang
2. Di bawah ini adalah kerusakan pada sumsum tulang belakang, kecuali
a. Memar
b. Kontusio
c. Kerusakan melintang
d. Dislokasi
3. Kelainan sekunder sumsum tulang belakang dapat disebabkan karena hipoksia dan iskemia, yang disebabkan oleh iskemia antara lain :
1. Hipotensi
2. Oedema
3. Kompresi
4. Hipertensi
4. Gejala yang ditimbulkan dari trauma tulang belakang adalah
a. Hipotensi, oedema, kompresi
b. Hipotensi, perdarahan perifer
c. Perdarahan perifer, hipotensi, kompresi
d. Oedema, perdarahan perifer, infark di sekitar pembuluh darah
5. Apakah yang dimaksud dengan laserasi medulla spinalis
a. Segmen medulla spinalis yang tertekan oleh hematom
b. Lesi berat akibat trauma tulang belakang secara langsung karena iskemia
c. Lesi berat akibat trauma tulang belakang secara langsung karena tertutup atau peluru yang dapat mematahkan ruas tulang belakang / fraktur atau dislokasi
d. Perdarahan dalam medulla spinalis yang disebabkan oleh hiperekstensi
6. Apa yang dimaksud dengan hematomilia
a. Lesi berat akibat trauma tulang belakang secara langsung karena iskemia
b. Perdarahan dalam medulla spinalis yang berbentuk lonjong dan bertempat di substansia grisea
c. Perdrahan dalam medulla spinalis yang berbentuk lonjong yang disebabkan oleh hipoksia
d. Merupakan sindroma kompresi medulla spinalis karena tumor
7. Deficit sensorik dan motorik yang terlihat adalah terputusnya arteri terutama
1. Radiks T5 atau T6
2. Radiks T6 atau T7
3. Radiks T7 atau T8
4. Radiks T8 atau T9
8. Tanda – tanda terjadinya shock spinal pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang antara lain :
1. Kelumpuhan flasid, refleksi, anesthesia, hipoksia
2. Hilangnya ferfirasi, gangguan fungsi rectum, hipotensi
3. Gangguan fungsi kandung kemih, hipertensi, oedema
4. Anesthesia, refleksia, bradikardia
9. Perawatan untuk mencegah terjadinya dekubitus adalah
a. Melakukan resusitasi dan melakukan control respirasi
b. Melakukan fisioterapi
c. Melakukan latihan pergerakan anggota tubuh dalam posisi netral
d. Pasien disuruh posisi miring kanan atau kiri, terlentang dan telungkup
10. Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra lumbal 1 dan 2 dapat mengakibatkan
1. Anestesi ,gangguan fungsi kandung kemih, hipertensi
2. Hipotensi, oedema, bradikardia, kelupuhan flasid
3. Miksi, gangguan fungsi defekasi, hipotensi
4. Hilangnya reflek anal, impotensi, gangguan fungsi defekasi
11. Yang diklasifikasikan cedera medulla spinalis adalah
1. Kompleks (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)
2. Kehilangan fungsi bulkokofermasa
3. Non komplek (campuran kehilangan sensori dan fungsi motorik)
4. Gangguan fungsi defekasi
12. Sebutkan etiologi dari cedera medulla spinalis
a. Kecelakaan, terjatuh
b. Luka tusuk, luka tembak
c. Kecelakaan mobil
d. Semua benar
13. Yang menyebabkan cedera medulla spinalis akut adalah
1. Serabut saraf membengkak
2. Kontusia atau robekan akibat cedera
3. Merembesnya darah ke ekstradural dan subdural
4. Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu
14. Gejala klinis cedera medulla spinalis adalah
1. Paraplegia
2. Tingkat neurologic
3. Penurunan fungsi pernafasan / gagal nafas
4. Takikardia dan bradikardia
15. Untuk mengetahui apa sinar X spinal pada pemeriksaan diagnostic cedera medulla spinalis
a. Menetukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislokasi)
b. Menentukan tempat luka atau jejas
c. Mengevaluasi gangguan structural
d. Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal
16. Yang merupakan komplikasi dari cedera medulla spinalis adalah
1. Ileus paralitik
2. Infeksi saluran kemih
3. Dekubitus
4. Instsabilitas spinal
17. Diagnosa cedera medulla spinalis : nyeri berhubungan dengan . . .
a. Gangguan antononik
b. Penurunan imobilitas
c. Penurunan sensorik
d. Pengobatan imobilitas yang lama
18. Penyebab terjadinya SCI adalah
1. Jatuh dari ketinggian
2. Perdarahan akibat cedera tulang belakang
3. Kecelakaan lalu lintas
4. Fraktur atau dislokasi
19. Untuk mengetahui apakah MRI pada pemeriksaan diagnostic SCI adalah
a. Menetukan temapat luka atau jejas
b. Mengetahui keadaan paru
c. Mengethui dan mengidentifikasi saraf spinal
d. Menunjukkan efektifitas pertukaran gas dan upaya fertilisasi
20. Apa saja penyebab utama kemtian setelah SCI
a. Aspirasi dan syok
b. Kerusakan saraf spinal
c. Dislokasi atau fraktur
d. Tidak efektifitasnya pertukaran gas
e. Tidak efektifnya pertukaran gas
21. Meliputi penggunaan apakah traksi skeletal untuk fraktur servikalis
1. Vinke
2. Cruth field
3. Cord – wellbrace pada tengkorak
4. Kollar leher
22. Dilakukan pemeriksaan apa bila di temui spinal tidak efektif
a. CT scan
b. MRI
c. AFD
d. Sinar X
23. Rencana keperawatn yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri
1. Kaji skala nyeri 0 – 5
2. Berikan tindakan kenyamanan
3. Dorong pasien mengguanakan teknik relaksasi
4. Berika obat anti nyeri sesuai instruksi dokter
24. Apa saja yang perlu dikaji dalam SCI
1. Pemeriksaan neurologis penuh
2. Stabilisasi dan monitoring
3. Mekanisme trauma
4. Riwayat penyakit degenerative
25. Tindakan pembedahan pada SCI
a. Laminektomi, laserasi
b. Laserasi, insersi batang otak
c. Insersi batang harington, laminektomi
d. Fusi spinal, insersi batang otak
26. Apa yang dimaksud dengan sindroma TUR
a. Suatu keadaan klinik yang ditandai dengan kumpulan gejala
b. Suatu komplikasi yang paling sering dalam pembedahan urologi endoskopi
c. Merupakan terapi standart dari Benigna Prostat Hipertropi
d. Merupakan reseksi jaringan prostat yang dilakukan secara visual
27. Yang merupakan gejala – gejala TUR syndrome antara lain
1. Sakit kepala, pusing
2. Oedema, hipertensi
3. Bingung, gelisah
4. Nyeri perut, memar
28. Salah satu tanda terjadinya TUR adalah
1. Nafas pendek
2. Nyeri perut
3. Gelisah, bingung
4. Kenaikan dan penuruna tekanan darah
29. Factor utama yang menyebabkan TUR syndrome adalah
1. Circulating overload
2. Hiponatremia
3. Koagulopati
4. Bakterimia dan sepsis
30. Dibawah ini adalah gejala hiponatremia
a. Gelisah, bingung
b. Inkoheren, koma
c. Kejang - kejang
d. Nyeri perut dan memar
31. Cairan irigasi yang sering digunakan pada operasi TUR adalah, kecuali
a. Air steril
b. Glysin 1,2 %
c. Manitol 3 %
d. Glucose 2,5 %
e. NaCl
32. Diet yang dianjurkan pada pencegahan TUR
a. Diet tinggi kalori
b. Diet tinggi garam
c. Diet rendah garam
d. Diet rendah serat
e. Diet tinggi kaloro tinggi protein
33. Etiologi BPH
1. Testis
2. Uretra
3. Usia lanjut
4. Aktivitas


34. Pengertian BPH menurut Jong Wim 1998 adalah
a. Hiperlasia dari kelenjar periurethal yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi sampai bedah
b. Pembesaran jinak kelenjar prostat disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat
c. Hyperplasia kelenjar periurethal yang disebabkan testis dan usia lanjut
d. Pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya proksimal pada sfinkter eksterna
e. Hyperplasia kelenjar periurethal akibat proliferasi sel – sel pada prostat
35. Tanda dan gejal BPH
1. Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi
2. Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih
3. Rasa nyeri saat miksi
4. Kejang
36. Komplikasi BPH
1. Hipernatremia
2. Infark jantung
3. Nyeri akut
4. Impoten
37. Diagnose keperawatan yang sering muncul pada BPH
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang BPH
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
4. Gangguan pola tidur
38. Data objektif yang didapat pada pengkajian
1. TD meningkat
2. Pasien mengatakan BAB tidak terasa
3. Terpasang kateter
4. Pasien mengeluh sakit pada luka insisi
39. Tanda dan gejala Hifema
a. Nyeri
b. Mual
c. Pusing
d. Mata merah
e. Nafsu makan menurun
40. Pemeriksaan penunjang pada Hifema
1. Laboratorium (fungsi hati, protombin, trombosit)
2. Pemeriksaan visus
3. Pemeriksaan lampu celah
4. Pemeriksaan DL
41. Macam trauma menurut sebabnya
1. Trauma tumpul atau kontusio
2. Trauma radiasi
3. Trauma tajam
4. Trauma listrik
42. Penangan Hifema adalah
a. Pemberian obat – obat yang bisa menghentikan perdarahan dan tetes mata kortisol
b. Kompres dingin 3x sehari
c. Berikan pilokarpin
d. Istirahat dan apabila karena TIO yang disertai dengan glaucoma maka perlu operasi segera
e. Memberikan kacamata
43. Cirri – ciri ular berbisa adalah
1. Bentuk kepala segitiga
2. Gigi taring kecil
3. Bekas gigitan dua luka gigitan melengkung
4. Bekas gigitan luka halus berbentuk lengkungan
44. Sifat bisa ular adalah
1. Neurotoksik
2. Haemotoksik
3. Myotoksin
4. Kardiotoksik
45. Ciri – ciri derajat II pada snake bite adalah
a. Bengkak dengan diameter 1,5 cm
b. Nyeri hebat dalam 24 jam
c. Syok dan distress nafas
d. Bekas gigitan dua taring
e. Pembengkakan minimal
46. Prinsip penanganan korban gigitan ular
1. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular
2. Menetralkan bisa
3. Mengobati komplikasi
4. Insisi luka pada 1 jam pertama
47. Tanda – tanda yang biasa terjadi pada snake bite yang harus di beri andrenalin adalah
1. Laryngospasme
2. Bronchospasme
3. Urtikaria
4. Hipotensi
48. Syok yang bias terjadi pada snake bite adalah
a. Syok kardigenik
b. Syok hemoraghik
c. Syok hipovolemik
d. Syok anafilatik
e. Syok septic
49. Manifestasi klinis pada haemotoksin adalah
1. Kelumpuhan otot pernafasan
2. Hematuri
3. Kesadaran menurun
4. Hematemesis
50. Diagnose yang muncul pada askep trauma mata adalah
1. Resiko terjadinya infeksi
2. Penurunan sensori perceptual atau penglihatan
3. Kurang Pengetahuan atau perawatan
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

UAS Nursing Medical Surgery IV.

Bentuk soal adalah multiple choise, issae dan critical apprasial. KMB IV adalah dosen team. Masing-masing dosen memberikan materi ujian. terdapat lebih kurang 35 soal.

1. Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :
2. Informed Consent :
3. Pembatasan diit NPO (nothing per oral ) 6 – 8 jam sebelum pembedahan GI (gastro intestinal ) preparasi :
4. Skin preparasi (Tube, drain, I V line) Post – op exercise, adalah :
5. Asisten bius dokter, risiden, atau perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
6. Memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
7. Dalam stadium anesthesia mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregulair dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
8. Non iritasi terhadap saluran pernafasan dan menghasilkan mual dan muntah yang minimal pada post op dan dapat menekan pada system cardiovaskuler (Hypotensi dan Bradicardia) serta berpengaruh terhadap hypotalanus.
9. Merupakan suplement anesthesia inhalasi, yang sering digunakan Morphin Sulfat, Meperidine, dan Fentanil Sitrate. Analgesia post op yang adekwat dan menurunkan ventilasi alveolar dan depresan pernafasan.
10. Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls saraf menuju dan dari lokasi khusus. Luas anestesi tergantung :
11. Masalah-masalah keperawatan yang berhubungan dengan post operatif.
12. Intervensi untuk diagnosa keperawatan resiko cedera berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya lain dari lingkungan intra operatif, adalah :
13. Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
14. Kriteria hasil yang diharapkan pada klien post op adalah :
15. Metode pangendalian nyeri yang lain :

UAS Psikologi

Pelaksanaan ujian akhir semester II Prodi IKP T.A 2009/2010 untuk klas Psikologi adalah berupa PSIKOTEST. Ada 6 item material yang diujikan.

Struktur Imunoglobulin Dalam Psikoneuroimunologi

Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat.
Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast. Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen spesifik dan aktivitas biologik berlainan.
Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang simetris. Yang menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (γ), rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε) dan rantai D (δ). Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5 domain.
Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim papain memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari bagian H dan rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino yang bervariasi sesuai dengan variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen (antigen binding site) yang menentukan spesifisitas imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc yang hanya mengandung bagian rantai H saja dan mempunyai susunan asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat mengikat antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada permukaan sel makrofag, dan yang menempel pada sel mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan basofil, dan kemampuan menembus plasenta.
Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan karboksil terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain) dengan akibat kehilangan sebagian besar susunan asam amino yang menentukan sifat antigenik determinan, namun demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai F(ab2) yang mempunyai 2 tempat pengikatan antigen (lihat Gambar 9-5).

KLASIFIKASI IMUNOGLOBULIN
Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai berat molekul, masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Pada manusia dikenal 4 sub kelas IgG yang mempunyai rantai berat γl, γ2, γ3, dan γ4. Perbedaan antar subkelas lebih sedikit dari pada perbedaan antar kelas.

1. Imunoglobulin G
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat H dan 2 rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah imunoglobulin.
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas IgG juga tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat mengikat komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif. Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain CH2.


Gambar 9-5. Struktur dasar imunoglobulin.
(Dikutip dengan modifikasi dari DP Stites dan AI Terr, 1991)


Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc. Ikatan antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag memfagosit antigen yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada subkelas IgG1 dan IgG3 pada lokasi domain CH3.
Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan kompleks imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun yang terdiri dari ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer memulai respons sitolitik (antibody dependent cell-mediated cytotoxicity = ADCC) yang ditujukan pada antibodi yang diliputi sel. Kompleks imun yang berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc pada trombosit akan menyebabkan reaksi dan agregasi trombosit. Reseptor Fc memegang peranan pada transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke sirkulasi janin.

2. Imunoglobulin M
Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah antibodi yang pertama kali timbul pada respon imun terhadap antigen dan antibodi yang utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen dengan satu molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen.
IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai μ dan CH. Molekul monomer dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer dihubungkan satu dengan lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi sebagai kunci.

3. Imunoglobulin A
IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam serum terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari molekul monomer dengan berat molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa polimer dapat berupa dua, tiga, empat atau lima monomer yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh jembatan disulfida dan rantai tunggal J (lihat Gambar 9-6). Polimer tersebut mempunyai koefisien sedimentasi 10,13,15 S.

Gambar 9-6. Struktur IgA dan sIgA.
(Dikutip dengan modifikasi dari DP Stites dan AI Terr, 1991)

Sekretori IgA
Sekretori imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak terdapat pada sekret mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI, dan urogenital. IgA yang berada dalam sekret internal seperti cairan sinovial, amnion, pleura, atau serebrospinal adalah tipe IgA serum.
SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2 molekul monomer, dan sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai J. Komponen sekretori diproduksi oleh sel epitel dan dihubungkan pada bagian Fc imunoglobulin A oleh rantai J dimer yang memungkinkan melewati sel epitel mukosa (lihat Gambar 4-6). SIgA merupakan pertahanan pertama pada daerah mukosa dengan cara menghambat perkembangan antigen lokal, dan telah dibuktikan dapat menghambat virus menembus mukosa.

4. Imunoglobulin D
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000. Rantai δ mempunyai berat molekul 60.000 – 70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel ini.

Reaksi Alergi Dalam Psikoneuroimunologi

REAKSI ALERGI

Istilah alergi, pada tahun 1906, untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh VON PIRQUET, untuk menggambarkan setiap perubahan respon terhadap suatu substansi tertentu yang diberikan untuk kedua-kalinya. Peningkatan ketahanantubuh,yang disebut imunitas dan peningkatan kepekaan yang disebut hipersensitivitas, pada waktu itu dipandang sebagai dua bentuk alergi yang saling bertolak belakang.Dewasa ini pemakaian istilah alergi, baik dikalangan kedokteran maupun masyarakat luas, telah berubah. Istilah alergis ekarang diartikan sama dengan istilah hipersensitivitas -saja.Pada prinsipnya alergi adalah suatu keadaan yang disebabkanoleh suatu reaksi imunologik yang spesifik; suatukeadaan yang ditimbulkan oleh alergen atau antigen, sehingga terjadi gejala -gejala patologik. Secara garis besar, maka reaksi alergi dapat dibagi atas dua golongan, yaitu reaksi tipe cepat('immediate type') dan tipe lambat ('delayed type ' ). Yangpertama adalah 'humoral-mediated' sedangkan yang kedua,' cell-mediated' Secara singkat, maka perbedaan antara keduamacam reaksi alergi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Dewasa ini, umumnya para sarjana di seluruh dunialebih banyak mempergunakan cara klasifikasi reaksi alergi menurut COOMBS dan GELL, oleh karena dirasakan lebih tepat.

Mereka membagi reaksi alergi menjadi empat tipe, yaitu:
1. Reaksi Tipe I atau Reaksi Tipe Anafilaktik
2. Reaksi Tipe II atau Reaksi Tipe Sitotoksik
3. Reaksi Tipe III atau Reaksi Tipe Kompleks-Toksik
4. Reaksi Tipe IV atau Reaksi Tipe Seluler
Tipe I hingga III, semuanya termasuk alergi atau hipersensitivitas tipe cepat, sedangkan tipe IV termasuk tipe lambat.

Reaksi Tipe I atau Reaksi Tipe Anafilaktik

Reaksi ini terjadi pada waktu alergen atau antigen bereaksi dengan zat anti yang spesifik, yang dikenal dengan nama reagin. Berdasarkan penyelidikan ISHIZAKA dan ISHIZAKA, ternyata bahwa aktivitas reagin itu bukan dibawakan oleh IgG, IgA, IgM maupun IgD, melainkan oleh satu kelas imunoglobulin yang disebut IgE. Imunoglobulin ini mempunyai suatu keistimewaan, yaitu dapat melekat pada sel basofil dan/atau mastosit ('mast cell'); oleh karena itu IgE disebut juga sebagai zat anti homositotropik. Dengan timbulnya reaksi antara antigen dengan zat anti itu, maka terjadilah proses degranulasi di dalam sel tersebut, yang diikuti dengan keluarnya zat farmakologik aktip, yaitu:
1. histamin,
2. zat bereaksi lambat ('slow-reacting substance'),
3. serotonin dan bradikinin.
Zat-zat ini pada umumnya menyebabkan kontraksi otot polos, vasodilatasi dan meningginya permeabilitas pembuluh darah kapiler. Akibat reaksi alergi ini, maka secara klinik ditemukan penyakit-penyakit seperti : asma bronkial, demam rumput kering (Hay-fever), rinitisalergika dll.

Reaksi Tipe II atau Reaksi Tipe Sitotoksik

Alergi tipe II ini disebabkan oleh karena timbulnya reaksi antara zat anti dengan antigen spesifik yang merupakan bagian daripada sel jaringan tubuh atau dengan suatu hapten yang telah berintegrasi dengan sel tersebut. Aktivitas zat anti ini dibawakan oleh kelas IgG dan/atau IgM, yang mempunyai sifat biologik tertentu, yaitu dapat mengikat system komplemen. Setelah terjadi reaksi antara antigen dengan zat antinya, maka aktivasi sistem komplemen dapat dimulai, sehingga timbul pelekatan imun ( 'immune adherence'), - proses opsonisasi dan akhirnya perusakan permukaan sel jaringan tubuh. Secara klinik, reaksi ini sering ditemukan pada transfuse darah yang tidak sesuai, faktor rhesus yang tidak sesuai, penyakit trombositopenik purpura, poststreptokokal glomerulonefritis akuta dll.

Reaksi Tipe III atau Reaksi Tipe Kompleks Toksik

Reaksi ini disebabkan pula oleh kelas IgG dan/atau IgM, akan tetapi aktivitas zat anti yang dibawanya bukan terhadap antigen sel jaringan tubuh, melainkan terhadap antigen yang datang dari luar tubuh. Istilah lain untuk tipe III ini, ialah hipersensitivitas kompleks-imun ('immune-complex hypersensitivity'). Pada reaksi ini terjadi suatu kompleks terdiri dari kumpulan antigen dengan zat antinya – yang timbul akibat masuknya antigen asing ke dalam tubuh untuk ke dua kalinya dan bereaksi dengan zat anti spesifiknya. Seperti pada tipe II, maka IgG atau IgM pada tipe III ini dapat pula mengaktipkan sistem komplemen, hanya bedanya proses ini baru terjadi setelah kompleks antigen-zat anti itu dipresipitasikan. Akibat proses ini, maka akan timbul efek kemotaksis terhadap sel-sel polimorfonuklear, peningkatan daya fagositosis dan pelepasan zat anafilatoksin, yang secara tidak langsung akan meningkatkan permeabilitas - dinding pembuluh darah. Secara klinik, maka reaksi ini akan menyebabkan reaksi Arthus, 'serum sickness', 'immune complex diseases' dll.

Reaksi Alergi Tipe Cepat dan Lambat

CEPAT LAMBAT

K 1 i n i k shock anafilaktik, alergi terhadap debu rumah, asma bronkial, serum sickness dll. hipersensitivitas tuberkulin, alergi terhadap jamur, parasit, bakteri dll.
W a k t u
reaksi alergi timbul dengan cepat, yaitu beberapa menit hingga beberapa jam setelah
berkontak dengan alergen atau antigen
lalu menghilang dengan cepat pula. reaksi alergi timbul secara lambat, yaitu beberapa jam hingga beberapa hari setelah
berkontak dengan alergen atau antigen, lalu
menghilang dengan lambat pula.
H i s t o 1 o g i reaksi patologik yang terutama terdiri daridilatasi pembuluh kapiler dan arterioler
dengan eritema dan edema yang jelas dengan
sedikit serbukan sel radang. reaksi patologik yang terutama terdiri dariperadangan dengan disertai banyak serbukan
sel radang - sel polimorfonuklear, limfosit
dan makrofag, serta adanya indurasi
jaringan.
P e m i n d a h a n reaksi alergi ini berhubungan erat dengan zat anti didalam sirkulasi darah, dan dapat
dipindahkan secara pasip dengan mempergunakan
serum. reaksi alergi ini tidak berhubungan dengan zat anti dan tidak dapat dipindahkan secara
pasip dengan mempergunakan serum, melainkan
dengan sel limfosit sensitip atau
ekstraknya.

Reaksi Tipe IV atau Reaksi Tipe Seluler

Reaksi ini bukan disebabkan oleh karena adanya zat anti seperti pada ke tiga tipe alergi yang telah diutarakan tadi. Sesuai dengan istilahnya, maka yang memegang peranan pada reaksi alergi tipe seluler ini ialah sistem imunologi sel, yaitu sel limfosit yang telah peka secara spesifik. Bila sel ini berkontak dengan suatu antigen untuk kedua kalinya, akan timbul proses deferensiasi sel sehingga sel limfosit tersebut sanggup menghasilkan dan melepaskan zat yang disebut limfokin ('lymphokine' ). Zat ini mempunyai berbagai aktivitas biologik, diantaranya dapat menarik sel-sel makrofag polimornuklear dan limfosit kearah lokasi rangsangan. Oleh karena timbulnya reaksi ini agak lambat, yaitu sekitar 24 hingga 48 jam, maka secara klinik dikenal sebagai hipersensitivitas jenis lambat. Keadaan ini sering dijumpai pada reaksi tuberkulin, alergi terhadap beberapa macam bakteri, jamur dan virus, reaksi terhadap jaringan yang ditransplantasikan dan lain-lain.



KEPUSTAKAAN

1. COOMBS R R A, and GELL P G H : Classification of allcrgic reactions responsible for clinical hypersensitivity. ln: Clinical Aspects of Immunology, 2 nd ed, edits. GELL P G H, and COOMBS R R A Blackwell Scientific Publications, 1968, p.575.

2. ISHIZAKA K, and ISHIZAKA T : ldentification of y E anti - bodies as a carrier of reaginic activities. J.lmmunol99: 1187, 1967.

3. LAKIN J D : Classification of hypersensitivity reactions. ln: Allergic Diseases, edit. Pattcrson R, J B Lippincott Company, 1972, p.L

4. ROITT 1 M : Essensial Immunology. Blackwell Scientific Publications, 1971, p. 105.

Konsep Penyakit Jiwa Dalam Psikoneuroimunologi

Tidak ada satu manusia pun di bumi ini yang terbebas sama sekali dari kemungkinan untuk menjadi penderita gangguan kejiwaan. Dalam pemakaian "defense mechanism" misalnya, barangkali dapat dikatakan bahwa perbedaan normal dan abnormal hanya terletak pada frekuensi dan intensitas dari penggunaan defense itu. Begitu juga dengan gejala dan tanda-tanda yang abnormal pada umumnya. Hampir setiap orang yang tergolong normal pada saat-saat tertentu dan dalam kondisi hidup yang tertentu pernah menunjukkan gejala abnormal dalam sikap, cara berpikir, dan tingkah laku mereka.
Oleh karena itu, hamba-hamba Tuhan sebagai konselor harus berhati- hati dalam mengenali dan mengklasifikasikan klien dalam kelompok orang-orang yang disebut penderita gangguan kejiwaan.
Hal ini disebabkan oleh karena:
-- Tanda-tanda dan gejala-gejala abnormal yang klien tunjukkan belum tentu gejala penyakit jiwa yang sesungguhnya sehingga
-- Kita menyadari keterbatasan dan kelemahan manusiawi dokter- dokter jiwa dan petugas rumah sakit jiwa yang sering kali salah men-diagnosa klien/pasien.
D.N. Rosenhan telah membuktikan hal ini dengan eksperimen- eksperimennya, yang seharusnya membuat setiap hamba Tuhan lebih waspada dan berhati-hati dalam mengirimkan pasien ke rumah sakit jiwa. ==contoh dipotong==
Ini tidak berarti bahwa hamba Tuhan tidak perlu bekerja sama dengan psikiater dan rumah sakit jiwa, karena hal tersebut di atas menunjukkan kepada kelemahan manusiawi si dokter dan pihak rumah sakit jiwa dan bukan menunjukkan pada "ketidakbenaran" ilmu psikatri dan psikologi itu sendiri. Kelemahan-kelemahan manusiawi dari profesional-profesional lain justru menyadarkan hamba-hamba Tuhan betapa besar tanggung jawab mereka dalam pelayanan konseling. Untuk itu ia harus mempunyai pengenalan umum tentang gejala-gejala dan tanda-tanda utama dari penyakit jiwa.
a. Beberapa gejala yang muncul secara bersamaan.
Bagi orang yang tergolong normal, gejala abnormal biasanya muncul sebagai satu-satunya gejala, sedangkan aspek-aspek hidup lainnya tidak menunjukkan gejala abnormal.
Misalnya:
Oleh karena tekanan kehidupan, seorang dapat menangis meraung- raung; tetapi begitu muncul orang lain ia sadar dan tahu mengontrol ataupun mengarahkan tangisan itu pada tujuan yang rasional dan dapat diterima oleh lingkungan itu pada umumnya. Tapi lain halnya dengan penderita penyakit. Beberapa gejala abnormal muncul dan nampak secara bersamaan; ia menangis meraung- raung, tidak menyadari bagaimana pikiran orang lain terhadap tingkah lakunya dan ia mengarahkan tangisan itu pada sesuatu yang kacau dan irrasional.
b. Gejala-gejala itu membuat dirinya lain daripada sebelumnya.
Munculnya gejala itu membuat orang yang bersangkutan lain daripada sebelumnya. Orang-orang lain mengenali bahwa ia sesungguhnya tidak seperti itu, dan seharusnya tidak melakukan tingkah laku yang semacam itu. Misalnya: Bermain-main dengan kotorannya sendiri, bahkan kadang-kadang dimakannya.
c. Gejala-gejala itu bertahan sampai jangka waktu yang cukup lama dan muncul terus-menerus.
Orang yang normal dapat bertingkah laku abnormal, tetapi akan segera menyadari dirinya dan cenderung untuk segera menyesuaikan diri dengan apa yang diinginkan lingkungannya. Tetapi lain halnya dengan penderita penyakit jiwa.
Di samping itu penyakit jiwa juga dapat dikenali melalui gejala- gejala:
1. Physical (fisik/badani)
Banyak sekali gejala kejiwaan (seperti misalnya, perasaan tidak aman, sedih, marah, cemas, dsb.) yang langsung dapat mempengaruhi kondisi tubuh orang yang bersangkutan. Jikalau orang tersebut kemudian menderita sakit, maka jelas penyakit itu pertama-tama disebabkan oleh keadaan kejiwaannya. Ini yang seringkali disebut sebagai 'psychosomatic' atau 'psychophysiological reaction', yaitu gangguan kejiwaan yang menggejala secara badani sebagai gangguan tubuh. Penyakit-penyakit yang biasanya (tidak selalu) tergolong 'psychosomatic reaction' antara lain: asma, sakit kepala, insomnia, radang usus besar, diarrhea, beberapa penyakit kulit seperti: eksem, gatal-gatal, borok yang tidak sembuh-sembuh, dsb.
Tentu saja orang-orang dengan gejala psyhosomatis tidak begitu saja dapat digolongkan sebagai penderita sakit jiwa, meskipun gejala- gejala itu timbul oleh karena gangguan-gangguan kejiwaan. Sebagian besar dari gejala-gejala ini ada pada orang-orang yang normal, oleh karena itu meskipun memerlukan pengobatan dari dokter, mereka tidak boleh sama sekali diperlakukan sebagai pasien-pasien penyakit jiwa.
2. Psychological (jiwa)
Penyakit dan gangguan kejiwaan biasanya juga diekspresikan secara jiwani misalnya:
i. Faulty Perception (persepsi yang kacau)
Manusia diperlengkapi dengan bermacam-macam indera. Jikalau rangsangan tiba, maka rangsangan itu akan diteruskan melalui sistem persyaratan ke otak. Dengan inilah orang dapat melihat, mengenali, mendengar suara, merasa panas dingin, sakit, mencium bau, dsb. Tetapi, ada kasus-kasus kejiwaan yang kadang-kadang dapat menyebabkan terganggunya proses persepsi ini sehingga orang tersebut dengan mata, hidung, telinga, lidah dan kulit yang normal ternyata mempunyai persepsi yang berbeda bahkan kacau balau. Ia bisa seolah-olah buta (psychological blindness), tidak dapat mendengar apa-apa, atau selalu mendengar suara yang orang lain tidak dengar, dan melihat penglihatan yang orang lain tidak lihat. Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan orang merasa lampu 20 watt dalam kamar itu terlalu terang, atau suara titik air yang jatuh satu per satu dari kran sebagai suara pukulan palu di kepalanya, dsb.
Dari sini kita mengenal istilah-istilah seperti:
-- Ilusi, yaitu penyalahtafsiran stimulan pada indera penglihatan. Misalnya: Melihat pohon sebagai orang.
-- Halusinasi, yaitu persepsi yang terjadi meskipun tidak ada stimulan yang sesungguhnya. Misalnya:
• Melihat suami yang sudah meninggal, bahkan dapat berkata-kata kepadanya.
• Mendengar suara-suara aneh, dsb.
ii. Distorted thinking (pemikiran yang menyimpang dan kacau)
Gangguan kejiwaan sering kali juga diekspresikan dalam bentuk pemikiran yang kacau dan tidak masuk akal. Misalnya:
-- Si Amir yang yakin bahwa ia lahir 2000 tahun yang lalu.
-- Si Ahmad yang begitu yakin bahwa di bawah tempat tidurnya ada bom waktu yang dipasang oleh anak buah Khomeini.
Inilah yang disebut 'distorted thinking', yang menjadi salah satu tanda dari gangguan kejiwaan.
Melihat isinya, 'distorted thinking' dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:
1. Obession (obsesi):
yaitu pemikiran yang irasional yang timbul karena dorongan dan kenangan yang tidak menyenangkan, sehingga seolah-olah ada sesuatu yang membuat dia terus-menerus berpikir, "...saya harus..." atau "pasti akan...", dsb. Misalnya: Pengalaman melihat orang yang dianiaya dalam peperangan, menyebabkan ia berpikir "pasti suatu hari saya akan mengalami hal yang serupa". Ia begitu yakin di luar rumah sudah menanti orang-orang yang akan menganiaya dia, sehingga ia terdorong untuk terus-menerus melakukan hal-hal yang irasional, seperti bersembunyi di bawah kolong, mengintip melalui lubang pintu, dsb. Pengalaman dengan orangtua yang perfectionist, membuat ia selalu merasa ada dorongan "saya harus membereskan ini", "saya harus menyelesaikan itu"; dan ini sering kali tidak masuk akal, misalnya, bangun tengah malam hanya untuk membersihkan mobil, dsb.
2. Phobia:
yaitu rasa takut yang irasional. Dan ini bisa berbentuk rasa takut berada dalam ruangan gelap, rasa takut pada darah, air, ular, angin, di tengah banyak orang, berada di tempat tinggi, lewat jembatan, dsb.

3. Delusion (delusi):
yaitu pemikiran yang irasional yang menggejala dalam bentuk munculnya keyakinan (palsu) bahwa hal itu benar-benar ia alami, atau ia dengar, atau ia lihat, dsb. Misalnya: Yakin betul bahwa ia bertemu dengan Tuhan Yesus, bahkan yakin betul bahwa ia sendiri telah diangkat menjadi rasul dan menuntut orang-orang lain mengikut dan menyembah dia.
iii. Faulty Emotional Expression (Ekpresi dari emosi yang keliru)
Setiap orang sudah belajar sejak kecil bagaimana mengekspresikan perasaan senang, susah, sakit, bahagia, kasih, benci, dsb. Dan umumnya orang yang normal mempunyai pengekspresian yang mirip dengan orang-orang lain. Misalnya, tertawa sebagai ekspresi dari rasa sedih. Tetapi tidak demikian halnya dengan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan, mereka seringkali melakukan pengekspresian emosi secara keliru, dan tentunya berbeda daripada orang-orang pada umumnya.
Pengekspresian emosi yang keliru ini dapat berbentuk:
a. Tanpa ekspresi Penderita sakit jiwa seringkali hidup dalam dunianya sendiri, sehingga emosinya tidak tergerak oleh keadaan dan situasi di sekelilingnya. Mereka tidak tertawa atas hal-hal yang lucu dan menyenangkan, juga tidak sedih atas hal-hal yang menyedihkan.
b. Elation atau Euphoria (ekspresi/gembira yang berlebih-lebihan) Penderita sakit jiwa juga sering kali mengekspresikan emosi secara berlebih-lebihan. Untuk hal yang kecil dia bisa tertawa sampai menangis.
c. Depresi Pada saat-saat tertentu setiap orang bisa mengalami/merasa tidak bergairah, kecil hati dan susah, tetapi hanya untuk sementara saja. Tetapi tidak demikian halnya dengan penderita sakit jiwa. Ada kasus-kasus di mana tanpa alasan yang jelas perasaan sedih itu timbul tenggelam dan bahkan bertahan lama. Mereka memang dapat mengatakan bahwa mereka kuatir terhadap sesuatu (entah pekerjaan, keluarga, kesehatan, masa depan, dll.) tetapi sebenarnya hal-hal itu bukan penyebab utama dari kekuatiran yang berlebih-lebihan itu. Hal-hal itu hanyalah 'precipitating factor' yang menjadi gangguan kejiwaan oleh karena sudah ada 'predisposing factor' pada mereka itu. Oleh karena itu, hal-hal yang bagi orang lain cuma menimbulkan perasaan sedih yang normal dan untuk sementara, bagi mereka menjadi "depresi" dimana putus asa dan tidak bahagia yang terus-menerus.

Enos D. Martin seorang psikiater menyebutkan tentang tiga jenis depresi dengan contoh-contoh praktis:
1. normal grief reaction (rasa sedih sebagai reaksi yang normal atas suatu 'kehilangan')
Seorang pendeta yang mendekati masa pensiun merasa sedih oleh karena munculnya perasaan 'tidak berguna dan tidak dapat dipakai lagi'. Tekanan kesedihan itu telah menimbulkan macam- macam gangguan seperti misalnya kehilangan nafsu makan, tidak bisa tidur, sakit kepala, dsb. Ternyata setelah majelis gereja menyatakan bahwa pensiun baginya cuma berarti bahwa ia tidak perlu lagi mengerjakan tugas-tugas administrasi (yang berarti bahwa ia masih boleh berkotbah, melakukan konseling, dsb.) langsung gejala-gejala kejiwaan itu lenyap.
2. neurotic depression (depresi yang neurotis)
Pendeta X mengalami depresi oleh karena sebagai pendeta senior ia merasa tersaing dengan munculnya pendeta muda yang dalam beberapa hal sangat dikagumi oleh jemaat. Ia tidak bisa tidur, kehilangan nafsu makan, dsb. Penghiburan dari banyak orang bahwa ia mempunyai lebih banyak kelebihan ternyata tidak menolong. Dalam kasus ini jelas bahwa kesedihannya bukan sekedar 'normal grief reaction', ia betul-betul menderita depresi dan harus mendapatkan pengobatan dari dokter. Diketemukan oleh dokter jiwa bahwa pendeta ini ternyata mempunyai 'predisposing faktor' untuk depresi, seperti misalnya, kegoncangan emosi cukup hebat pada masa kecil ketika ia sakit dan harus masuk rumah sakit, juga faktor lain bahwa semasa kecilnya ia kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya.
3. endogenous depression (bakat depresi yang diturunkan dari orang-tuanya)
Pendeta Y mengalami depresi oleh karena usahanya untuk mendamaikan dua orang tokoh gerejanya tidak berhasil, bahkan berakibat fatal, yaitu kedua-duanya justru menyalahkan dia. Ia sekarang merasa bahwa seluruh kehidupannya termasuk pelayanannya gagal. Ia kemudian menderita insomnia (tidak dapat tidur), kehilangan nafsu seksuil, nafsu makan, tidak ada gairah lagi pada segala hobinya, sering menangis dan menjauhkan diri dari perjumpaan dengan orang lain bahkan berkali-kali mencoba untuk bunuh diri. Diketemukan pada pendeta ini, adanya 'predisposing factor' depresi yang lebih berat dari pendeta X; karena pendeta Y mempunyai bakat-bakat biologis yang diturunkan dari orangtuanya. Ibunya juga seorang penderita depresi berat. ("What is Depression", Leadership, Winter 1982, Vol. III, No. 1, pp. 82-83).
d. Emotional variability (macam-macam pengekspresian emosi)
Setiap orang akan mengalami naik turunnya emosi sebagai reaksi atas pengalaman-pengalaman kehidupan ini. Tetapi bagi penderita penyakit jiwa naik turunnya emosi ini tidak sesuai dengan realita yang ada. Mungkin pengalaman yang menyenangkan ini sudah terjadi beberapa hari yang lalu dan tiba-tiba ia bisa tersenyum-tersenyum bahkan tertawa-tawa tanpa dapat dikontrol oleh karena ingat akan hal itu. Sering juga diketemukan penderita penyakit jiwa yang menangis tanpa alasan untuk menangis, atau tiba-tiba marah dan menyerang orang lain tanpa sebab, dsb.
e. Inappropriate affect (reaksi emosi yang tidak tepat)
Sedikit berbeda dengan 'emotional variability', di sini orang yang mendapat gangguan kejiwaan biasanya memberikan reaksi emosi yang tidak cocok dengan stimulan yang ada. Misalnya: -- Menangis mendengar cerita yang lucu -- Tertawa geli melihat orang yang sedih menangis ditinggalkan kekasihnya.
iv. Unusual motor activity (activitas motorik yang tidak normal)
Dalam kehidupan ini kita kadang-kadang dapat melakukan aktivitas motorik yang tidak biasa, misalnya: berlari, berkata, berpikir, berbuat lebih cepat atau lebih lambat daripada biasanya. Tetapi untuk itu selalu ada alasan dan tujuan yang jelas dan disadari, dan hanya untuk sementara saja, tetapi lain halnya dengan penderita penyakit jiwa. Sering kali kita bisa mengenali adanya tanda-tanda gangguan kejiwaan melalui aktivitas motorik yang tidak normal, misalnya:
a. Over activity (activitas yang berlebihan)
Sebagai contoh, pasien yang berbicara terus-menerus dengan susunan kalimat yang tidak mengandung pengertian sama sekali (kacau, dan irasional). Ketidakmampuan untuk duduk tenang, terus- menerus gelisah; terkejut bahkan lari ketakutan atas suara tertentu; tangan dan kaki bahkan mata yang bergerak-gerak terus, dsb.
b. Under activity (kurang aktif)
Sebagai kebalikan dari 'over activity', maka gejala penyakit jiwa sering kali ditandai oleh sikap diam, tidak bergerak-gerak, seperti seolah-olah lemah badan, tidak dapat berbicara, dsb.
c. Compulsive activity (aktivitas yang tidak terkendalikan)
Dalam hidup ini sering kali kita merasakan adanya dorongan yang besar untuk melakukan sesuatu, tetapi sering kali oleh karena sebab-sebab tertentu hal itu belum dapat dilaksanakan. Bagi orang yang normal hal ini biasa dan ia bisa menyesuaikan diri dengan mengalihkan perhatian pada aktivitas-aktivitas yang lain. Tetapi pada penderita penyakit jiwa tidak demikian, mungkin apa yang ia ingin lakukan sendiri tidak ia sadari lagi, tetapi ia merasakan adanya dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu aktivitas. Dan ini diekspresikan dengan menggigit-gigit kuku terus-menerus, menggaruk-garuk kaki, mempermainkan alat kelamin, menggigit-gigit bibir, melipat-lipat tangan, menulis-nulis dengan jari, menghisap ujung baju, dsb.

v. Gejala abnormal yang lain
Tanda-tanda lain dari adanya gangguan kejiwaan dalam ketegori ini sering kali dapat diketemukan dalam kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang normal. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan tidak menyamaratakan setiap gejala sebagai abnormal atau gejala penyakit jiwa. Misalnya:
• Disorientasi; dimana seorang bisa tidak tahu di mana ia berada, siapa dirinya, hari apa sekarang, dsb.
• Withdrawal; menarik diri dari pertemuan-pertemuan dengan orang-orang lain.
• Kecurigaan yang berlebih-lebihan.
• Kepekaan yang berlebih-lebihan terhadap otoritas.
• Menyembunyikan sesuatu secara tidak normal, misal, uang disimpan di bawah tanah.
• Rangsangan dan kebutuhan seksuil yang tidak normal.
• Kekanak-kanakan, dsb.
3. Sosial
Biasanya yang disebut abnormal oleh karena ia menunjukkan tingkah laku, sikap, cara berpikir, yang tidak cocok dengan standar normal masyarakat atau lingkungan di mana ia hidup. Manusia adalah makhluk sosial, karena itu ia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial dan ingin menjadi bagian integral dari lingkungannya. Karena itu normal jika ia selalu cenderung untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Meskipun demikian, tidak secara otomatis orang yang "tidak dapat menyesuaikan diri" dapat disebut sebagai orang yang tidak normal atau punya gejala penyakit jiwa, jikalau ia dengan sadar melakukan hal itu. Yang mungkin oleh karena ia memang tidak/belum menjadi bagian integral dari masayarakat itu. Kasus-kasus seperti misionaris konteks sosial, kita baru bisa mengenali adanya gejala abnormal, jikalau orang yang bersangkutan secara tidak sadar bertingkah laku yang tidak sesuai dengan standar normal masyarakat, yang secara integral ia sendiri menjadi bagian di dalamnya.
4. Spiritual (rohani)
Gejala-gejala penyakit jiwa dapat pula mengekspresikan diri secara spiritual, misalnya gagasan perasaan berdosa yang tidak terampunkan, fanatik, keragu-raguan yang terus-menerus, dsb. Frank Minirth mengatakan bahwa gangguan-gangguan kejiwaan bisa menggejala secara rohani:
"A person with an impending psychotic break may display an intense religious preoccupation. Someone having an obsessive compulsive neurosis may struggle with a fear of having committed the unpardonable sin. Or he may fear he hasn't really trusted Christ as Savior. Emotional and physical problems manifest still another spiritual cloaks. Individuals with temporal lobe epilepsy may communicate renewed religious interest and moral piety. Those with a manic-depressive psychosis may talk in a religious jargon. People diagnosed as having schizophrenia, obsessive-compulsive, ego-alien thought, and multiple personalities are sometimes victims of demon-possession." ("Why Christians Crack-Up". Moody Monthly. Feb. 1982. p.13)
Sakit jiwa
Seorang yang diserang penyakit jiwa (Psychose), kepribadiannya terganggu, dan selanjutkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang yang sakit jiwa, tidak merasa bahwa ia sakit, sebaliknya ia menganggap bahwa dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul dan lebih penting dari orang lain.

Sakit jiwa itu ada 2 macam, yaitu :

Pertama :
yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh. Misalnya otak, sentral saraf atau hilangnya kemampuan berbagai kelenjar. hal ini mungkin disebabkan oleh karena keracunan akibat minuman keras, obat-obatan perangsang atau narkotik, akibat penyakit kotor dan sebagainya.
Kedua :
disebabkan oleh gangguan-gangguan jiwa yang telah berlarut-larut sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian secara wajar atau hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat suasana lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin dan sebagainya.

1.Schizophrenia

Schizophrenia adalah penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan dengan penyakit jiwa lainnya, penyakit ini menyebabkan kemunduran kepribadian pada umumnya, yang biasanya mulai tampak pada masa puber, dan paling banyak adalah orang yang berumur antara 15 – 30 tahun.

Gejala-gejala diantaranya :
 Dingin perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi di sekitarnya. Tidak terlihat padanya reaksi emosional terhadap orang yang terdekat kepadanya, baik emosi marah, sedih dan takut. Segala sesuatu dihadapinya dengan acuh tak acuh.
 Banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan, sangat sukar bagi orang untuk memahami pikirannya. Dan ia lebih suka menjauhi pergaulan dengan orang banyak dan suka menyendiri.
 mempunyai prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak beralasan, misalnya apabila ia melihat orang yang menulis atau membicarakan sesuatu, disangkanya bahwa tulisan atau pembicaraan itu ditujukan untuk mencelanya.
 Sering terjadi salah tanggapan atau terhentinya pikiran, misalnya orang sedang berbicara tiba-tiba lupa apa yang dikatakannya itu. Kadang-kadang dalam pembicaraan ia pindah dari suatu masalah ke masalah lain yang tak ada hubungannya sama sekali atau perkataannya tidak jelas ujung pangkalnya.
 Halusinasi pendengaran, penciuman atau penglihatan, dimana penderita seolah-olah mendengar, mencium atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ia seakan-akan mendengar orang lain (tetangga) membicarakannya, atau melihat sesuatu yang menakutkannya.
 Banyak putus asa dan merasa bahwa ia adalah korban kejahatan orang banyak atau masyarakat. Merasa bahwa semua orang bersalah dan meyebabkan penderitaannya.
 keinginan menjauhkan diri dari masyarakat , tidak mau bertemu dengan orang lain dan sebagainya, bahkan kadang-kadang sampai kepada tidak mau makan atau minum dan sebagainya, sehingga dalam hal ini ia harus diinjeksi supaya tertolong.

Demikian antara lain gejala Schizophrenia, dan tiap-tiap pasien mungkin hanya mengalami satu atau dua macam saja dari gejala tersebut, sedangkan dalam hal lain terlihat jauh dari kenyataan.
Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti apa sesungguhnya yang menimbulkan Schizophrenia itu. Ada yang berpendapat bahwa keturunanlah yang besar peranannya. Menurut hasil beberapa penelitian terbukti bahwa 60% dari orang yang sakit ini berasal dari keluarga yang pernah dihinggapi sakit jiwa. Adapula yang mengatakan bahwa sebabnya adalah rusaknya kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh. Ada yang menitik beratkan pandangannya pada penyesuaian diri yaitu karena orang tidak mampu menghadapai kesukaran hidup , tidak bisa menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga sering menemui kegagalan dalam usaha menghadapi kesukaran.
Apapun sebab sesungguhnya, namun terbukti bahwa kebanyakan penyakit ini mulai menyerang setelah orang setelah menghadapi satu peristiwa yang menekan, yang berakibat munculnya penyakit yang mungkin sudah terdapat secara tersembunyi di dalam orang itu. Faktor pendorong lain ialah kesukaran ekonomi, keluarga, hubungan cinta, selain itu terdapat kegelisahan yang timbul akibat terlalu lama melakukan onani, sehingga merasa berdosa dan menyesal, sedang menghentikannya tak sanggup. Penyakit ini biasnya lama sekali perkembangannya, mungkin dalam beberapa bulan atau beberapa tahun, baru ia menunjukkan gejala-gejala ringan, tapi akhirnya setelah peristiwa tertentu, tiba-tiba terlihat gejala yang hebat sekaligus.
2.Paranoia

Paranoia merupakan penyakit ‘gila kebesaran’ atau ‘gila menuduh orang’. Diantara ciri-ciri penyakit ini adalah delusi yaitu satu pikiran salah yang menguasai orang yang diserangnya. Delusi ini berbeda bentuk dan macamnya sesuai dengan suasana dan kepribadian penderita, misalnya :
 Penderita mempunyai satu pendapat (keyakinan) yang salah, segala perhatiannya ditujukan ke sana dan yang satu itu pula yang menjadi buah tuturnya, sehingga setiap orang yang ditemuinya akan diyakinkannya pula akan kebenarannya pendapatnya itu. Misalnya ada seorang suami yang menyangka bahwa istrinya berniat jahat meracuninya. Maka selalu menghindar makan di rumah, karena takut akan terkena racun itu.
 Penderita merasa bahwa ada orang yang jahat kepadanya dan selalu berusaha untuk menjatuhkannya atau menganiayanya.
 Penderita merasa bahwa dirinya orang besar, hebat tidak ada bandingannya, meyakini dirinya adalah seorang pemimpin besar atau mungkin mengaku Nabi.

Delusi atau pikiran salah yang dirasakan oleh penderita sangat menguasainya dan tidak bisa hilang. Kecuali itu jalan pikirannya terlihat teratur dan tetap. Pada permulaan orang menyangka bahwa pikirannya itu logis dan benar., biasanya orang yang diserang paranoia ia cerdas, ingatannya kuat, emosinya terlihat berimbang dan cocok dengan pikirannya. Hanya saja ia mempunai suatu kepercayaan salah, sehingga perhatiaan dan perkataannya selalu dikendalikan oleh pikirannya yang salah itu.
Sebenarnya kita harus membedakan antara antara sakit jiwa paranoia yang sungguh-sungguh dengan kelakuan paranoid. Kelakuan paranoid yang juga abnormal juga diantaranya :
 Terlihat sekali dalam segala tindakannya, bahwa ia egois, keras kepala dan sangat keras pendirian dan pendapatnya.
 Tidak mau mengakui kesalahan atau kekurangannya, selalu melempar kesalahan pada orang lain, dan segala kegagalannya disangkannya akibat dari campur tangan orang lain.
 Ia berkeyakinan bahwa dia mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa. Ia berasal dari keturunan yang jauh lebih baik dari orang lain dan merasa bahwa setiap orang iri, dengki dan takut kepadanya.
 Dalam persaudaraan ia tidak setia, orang tadinya sangat dicintainya, akan dapat berubah menjadi orang yang sangat dibencinya oleh sebab-sebab yang remeh saja.
 Orang ini tidak dapat bekerja dan mempunyai kepatuhan pada pimpinan. Karena ia suka membantah atau melawan dan mempnuayai pendapat sendiri, tidak mau menerima nasehat atau pandangan dari orang lain.

3. Manicdepressive

Penderita mengalami rasa besar/gembira yang kemudian kemudian menjadi sedih/tertekan. Gejalanya yaitu :

a. Mania
yang mempunyai tiga tingkatan yaitu ringan (hipo), berat (acute) dan sangat berat (hyper).
Dalam tindakannya orang yang diserang oleh mania ringan terlihat selalu aktif, tidak kenal payah, suka penguasai pembicaraan, pantang ditegur baik perkataan maupun perbuatannya, tidak tahan mendengar kecaman terhadap dirinya.biasanya orang ini suka mencampuri urusan orang lain.Dalam mania yang berat (acute), orang biasanya di serang oleh delusi-delusi pada waktu-waktu tertentu, sehingga sukar baginya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan teratur. Penderita mengungkapkan rasa gembira dan bahagianya secara berlebihan. kadang-kadang diserang lamunan yang dalam sekali, sehingga tidak dapat membedakan tempat, waktu dan orang disekelilingnya.Dalam hal mania yang sangat berat (hyper) orang yang diserangnya kadang-kadang membahayakan dirinya sendiri dan mungkin membahayakan orang lain dalam sikap dan perbuatannya.Penyakit ini dinamakan juga ‘gila kumat-kumatan’, karena penderita berubah-ubah dari rasa gembira yang berlebihan, sudah itu bisa kembali atau menurun menjadi sedih, muram dan tak berdaya.Dalam hal pertama penderita berteriak, mencai-maki, marah marah dan sebagainya, kemudian kembali pada ketenangan biasa dan bekerja seperti tidakl ada apa-apa.

b. Melancholia
penderita terlihat muram, sedih dan putus asa. Ia merasa diserang oleh berbagai macam penyakit yang tidak bisa sembuh,atau merasa berbuat dosa yang tak mungkin diampuni lagi. Kadang-kadang ia menyakiti dirinya sendiri. Orang yang diserang penyakit melancholia ringan sering mengeluh nasibnya tidak baik dan merasa tidak ada harapan lagi. Dan bagi penderita melancholia berat menjauhkan dirinya dari masyarakat. Demikianlah antara lain gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa yang membuktikan betapa besar akibat terganggunya kesehatan mental seseorang, yang akan menghilangkan kebahagiaan dan ketenangan hidupnya.

Referensi :

http://c3i.sabda.org/pengenalan_akan_tanda_tanda_utama_dari_penyakit_jiwa
http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/014/
http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=72
Dr. Yakub B. Susabda. Pastoral Konseling (1), Yayasan Penerbit Gandum Mas, Cetakan Kesembilan, 2000. 139 - 146

Konsep Kebugaran Dalam Psikoneuroimunologi

1. Pengantar
Apa kiranya hal yang penting diperhatikan oleh seseorang dalam rangka menjaga kesehatan? Hippocrates, bapak ilmu kedokteran yang hidup pada tahun 460-370 SM, menyatakan: if we could give every individual the right amount of nourishment and exercise, not too little and not too much, we would have found the safest way to health. Meskipun disampaikan 2 milenium yang lalu, pedoman tersebut tampaknya masih sangat tepat.
Terbukti dengan dicanangkannya slogan Move for health pada peringatan Hari Kesehatan Dunia tahun 2002, serta slogan: Move it or Lose it pada Hari Osteoporosis Dunia tanggal 20 Oktober 2005 yang lalu. Kesehatan yang sempurna adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga memiliki tingkat kebugaran yang optimal; yakni suatu kondisi seseorang dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, serta memiliki cadangan kemampuan untuk hal yang bersifat gawat-darurat.
Secara lebih rinci, kebugaran diuraikan menjadi berbagai komponen yang secara garis besarnya terbagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. komponen kebugaran yang terkait dengan kesehatan (healthrelated fitness),
2. komponen kebugaran yang terkait dengan keterampilan (skill-related fitness).
Komponen kebugaran yang terkait dengan kesehatan secara umum adalah :
1) kebugaran jantung-paru,
2) kebugaran otot (kekuatan dan daya tahan otot),
3) fleksibilitas, (kelentukan) dan
4) komposisi tubuh.
Komponen kebugaran yang terkait dengan keterampilan sangat banyak macamnya dan untuk setiap orang bersifat khas, yaitu sangat bergantung pada profesi seseorang (misalnya, komponen kebugaran terkait dengan keterampilan seorang atlet cabang olahraga tertentu berbeda dengan seorang ibu rumah tangga).

2. Health-related fitness
Kondisi kebugaran seseorang merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatannya. Pada seorang yang mempunyai kebugaran jantung-paru yang baik, berbagai sistem dalam tubuhnya mampu mengambil oksigen dari udara secara optimal, mendistribusikannya ke seluruh tubuh dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan tubuh pada saat tersebut. Oksigen diambil dari udara oleh paru-paru, selanjutnya jantung dan pembuluh darah mendistribusikannya ke seluruh tubuh. Di bagian tubuh yang memerlukan, sel dari jaringan memanfaatkan oksigen melalui jalur metabolisme yang bdisebut sebagai jalur metabolisme aerobik. Salah satu tanda kebugaran jantung-paru yang baik adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan kegiatan jasmani dalam jangka waktu yang lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, serta kemampuan untuk segera pulih setelah melakukan suatu kegiatan jasmani.
Komponen berikutnya dari kebugaran adalah kebugaran otot, yang terdiri dari kekuatan otot dan daya tahan otot. Kemampuan otot mendukung kegiatan jasmani ditentukan oleh efisiensi pengaturan oleh sistem saraf serta mekanisme seluler yang bekerja di dalam otot. Pada otot yang bugar, energi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan jasmani lebih rendah karena otot bekerja lebih efisien, sehingga otot dapat tampil lebih kuat dan mempertahankan kerjanya dalam waktu yang lebih lama.
Fleksibilitas adalah kemampuan seseorang mendayagunakan otot dan persendiannya, sehingga dapat mencapai jelajah gerak sendi yang seluas-luasnya. Komponen kebugaran ini berperan terutama dalam mendukung pergerakan seseorang. Komposisi tubuh adalah hal yang menggambarkan perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif – terutama otot – dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif – terutama lemak. Baik otot maupun lemak mempunyai massa, yang jika dibandingkan dengan tinggi badan akan menggambarkan komposisi tubuh secara tidak langsung. Banyak cara digunakan untuk menghitung komposisi tubuh, salah satu cara yang banyak digunakan adalah dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).

3. Skill-related fitness
Keterampilan jasmani merupakan bagian dari tingkat kebugaran seseorang, namun tidak seperti health-related fitness, komponen yang penting/diperhitungkan seringkali tidakn sama untuk setiap orang. Keterampilan utama yang tergolong dalam komponen ini adalah kecekatan (agility), keseimbangan (balance), koordinasi, daya ledak otot (power), waktu reaksi dan kecepatan.

Tabel 1. Komponen skill-related fitness

Komponen Uraian
Kecekatan kemampuan untuk mengubah arah gerak tubuh secara cepat dan tepat

Keseimbangan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat diam maupun bergerak

Koordinasi kemampuan untuk menggunakan penginderaan dan berbagai bagian tubuh untuk melakukan gerakan secara tepat

Daya ledak otot kemampuan maksimal otot yang dapat dihasilkan dalam waktu singkat

Waktu reaksi kemampuan untuk merespon suatu rangsangan secara cepat

Kecepatan waktu yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melaksanakan suatu kerja fisik Tertentu.


Perbedaan tingkat pentingnya komponen skill-related fitness untuk kelompok profesi/jenis pekerjaan/usia dapat dilihat dalam contoh berikut. Bagi seorang mahasiswa yang sehariharinya mengendarai motor, komponen keseimbangan dan koordinasi adalah keterampilan yang penting. Namun bagi seorang atlet angkat besi, komponen daya ledak otot adalah yang lebih penting. Seorang yang berusia lanjut mengalami penurunan kebugaran otot sebagai bagian dari proses penuaan. Akibatnya, untuk kelompok usia ini keterampilan keseimbangan menjadi lebih penting.

4. Peran olahraga dalam mencapai tingkat kebugaran optimal

Seorang yang berolahraga menggerakkan tubuhnya melakukan kegiatan tertentu, sesuai dengan gerakan olahraga yang dilakukannya. Pada seorang yang berlari, gerakan tubuh terutama dilakukan oleh kerja otot tungkai, sementara itu pada seorang yang berenang gerakan tubuh dilaksanakan secara terkoordinasi oleh otot tungkai maupun lengan. Setiap gerakan tubuh membutuhkan sejumlah energi. Pasokan energi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh akibat kegiatan olahraga tersebut bergantung pada karakteristik gerakan olahraganya. Secara umum terdapat jenis kegiatan olahraga yang energinya diperoleh melalui jalur metabolisme aerobik, ada pula melalui jalur metabolism anaerobik. Kegiatan olahraga yang bersifat aerobik akan melatih sistem dalam tubuh yangmendukung metabolisme aerobik tersebut, yaitu sistem jantung-paru.
Berbagai jenis olahraga dapat menjadi pilihan untuk memelihara kebugaran tubuh. Setiap
saat mucul jenis olahraga baru, exercise baru yang kelihatan menarik dan modern. Namun demikian sesungguhnya hal yang penting diperhatikan dalam merencanakan kegiatan berolahraga adalah memenuhi setidaknya 4 kriteria sbb:
F - frequency; frekuensi berolahraga
I - intensity; intensitas/beratnya latihan
T - type; jenis kegiatan olahraga
T - time/duration; lama waktu berolahraga.
Kebugaran tubuh dapat dicapai jika olahraga yang dilakukan dapat mencapai sasaran berbagai komponen kebugaran. Misalnya, kebugaran jantung-paru dapat dicapai dengan latihan aerobik; suatu latihan yang melibatkan otot-otot besar (utamanya lengan dan tungkai) melakukan gerakan ritmis secara terus menerus. Selengkapnya regimen yang dianjurkan adalah :
F - 3 – 5 kali per minggu
I - memacu jantung mencapai target heart rate /denyut jantung latihan
T - berjalan, jogging, berlari, berenang, bersepeda, lompat tali, aerobic dance dsb
T - 20 – 60 menit (minimal 10 menit per sesi latihan).
Satu temuan yang menguntungkan bagi mereka yang sibuk adalah latihan aerobik untuk memelihara kebugaran jantung-paru tidak harus dilakukan sekaligus terus menerus selama 20 menit, karena latihan 2 x 10 menit per hari juga memperlihatkan manfaat yang serupa. Upaya pemeliharaan kebugaran otot dapat dicapai melalui kegiatan olahraga yang memberi beban pada kerja otot baik dengan cara latihan beban (resistance exercise) maupun berbagai jenis olahraga permainan seperti bola basket, bola voli, tenis, bulutangkis, bowling, sepakbola, dsb. Kebugaran otot dapat dicapai jika latihan dilakukan setidaknya 2 kali per minggu, dengan program latihan yang memberi pembebanan yang cukup pada sebagian besar otot tubuh sehingga otot menjadi kuat dan mampu.

“ target heart rate – suatu tingkat kerja jantung yang dapat meningkatkan kebugaran jantung-paru yaitu sekitar 60% - 90% denyut jantung maksimal “

mempertahankan kinerjanya untuk jangka waktu tertentu. Regimen latihan otot diatur sedemikian rupa supaya dapat memenuhi tuntutan aspek kemampuan jasmani dalam profesi seseorang serta sedapatnya mencakup kelompok besar otot tubuh. Pada suatu regimen latihan beban, pengaturan yang dilakukan adalah mengatur jumlah ulangan (repetisi) dan set latihan atas kelompok otot tertentu. Pembebanan terhadap otot dapat menggunakan berat tubuh sendiri, misalnya sit-up, push-up, pull-up, maupun beban dari luar misalnya dumbell, barbell, exercise machine, resistance band, medicine ball dsb. Setiap jenis latihan akan memberi beban terhadap kelompok otot yang berbeda. Fleksibilitas dapat dicapai jika dilakukan latihan peregangan di sebagian besar persendian penting sehingga dapat memelihara kemampuan gerak persendian. Latihan peregangan merupakan latihan yang termudah, yang dapat dilakukan di manapun dan dalam posisi apapun. Peregangan dapat dilakukan sambil berdiri maupun duduk, dan berbagai benda dapat digunakan sebagai alat bantu latihan, misalnya tembok, kursi, lemari, dsb. Pada latihan peregangan, hal yang penting untuk diingat adalah setiap posisi harus dipertahankan selama 7 – 10 detik.
Komponen kebugaran yang terakhir, yaitu komposisi tubuh dapat dicapai melalui keseimbangan keluar masuknya energi. Makanan merupakan komponen utama masukan energi. Sementara itu jumlah energi yang dikeluarkan tubuh sangat bergantung pada kegiatan jasmani, diantaranya adalah olahraga. Masukan energi yang seimbang dengan pengeluarannya akan mempertahankan komposisi tubuh. Masukan yang lebih besar dari pengeluarannya akan meningkatkan komposisi tubuh, dan sebagainya. Jika berbagai kegiatan olahraga tersebut memberi kontribusi yang tepat terhadap pengeluaran energy tubuh secara keseluruhan maka dapat dicapai komposisi tubuh yang optimal.

5. Pilihan jenis olahraga

Saat ini, terdapat banyak pilihan jenis olahraga, mencakup variasi jenis gerakan, fasilitas yang diperlukan, sampai harga yang harus dibayar untuk dapat melakukannya. Dibutuhkan kejelian dalam menetapkan pilihan, terutama dengan mengkaji manfaat suatu olahraga tertentu dan mencocokkannya dengan kemampuan dan kebutuhan orang per orang.

Pilates adalah salah satu bentuk latihan jasmani yang dikembangkan dengan tujuan utama meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan tubuh, tanpa mengembangkan ukuran otot. Sesuai dengan bentuk dan tujuan latihan, Pilates mulanya berkembang luas di kalangan penari. Oleh karena Pilates juga melatih kontrol gerakan dan posisi tubuh, mereka yang membutuhkan perbaikan postur dan mempunyai keluhan otot dan persendian mendapat manfaat dari berlatih Pilates.

Yoga adalah suatu bentuk latihan jasmani lain yang juga melatih kontrol postur. Namun demikian selain latihan postur, yoga juga melatih pernapasan dan konsentrasi. Dengan kata lain, yoga melatih sekaligus fisik/raga dan mental/spiritual.

Aerobic dance atau senam aerobik adalah salah satu bentuk olahraga semacam senam atau dansa yang diiringi berbagai ragam irama musik. Olahraga ini umumnya dilakukan berkelompok dengan 1 atau lebih pemimpin gerakan, meskipun dengan panduan video sangat mungkin untuk dilakukan sendiri-sendiri. Secara umum kategori aerobic dance terbagi menjadi low-impact dan high-impact class, yang terutama menunjukkan perbedaan derajat pembebanan aksial, serta intensitas gerakan dan tingkat kesukaran.

Program olahraga atau latihan jasmani yang baik dapat dinilai dengan menganalisis kegiatan olahraga tersebut sehingga jelas penggunaan jumlah dan jenis energinya sertab dampaknya terhadap berbagai sistem tubuh. Sebagai contoh, aerobic dance dapat memberi manfaat terhadap kebugaran jantung-paru dan otot jika gerakannya bervariasi meliputi seluruh bagian tubuh dengan intensitas gerakan yang mampu memacu jantung mencapai target heart rate, dilakukan selama minimal 20 menit, diawali dan diakhiri dengan peregangan, dan dilaksanakan secara teratur dengan frekuensi setidaknya 3 kali seminggu.


catatan penutup

Idealnya sebelum seseorang berolahraga dilakukan penilaian atas berbagai hal antara lain riwayat aktivitas olahraga sebelumnya, kondisi fisik saat ini, serta tingkat motivasinya terhadap kegiatan olahraga. Kegiatan olahraga pada umumnya memerlukan kondisi fisik yang baik, dan untuk jenis olahraga tertentu membutuhkan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Jika seseorang dalam keadaan tidak sehat, kegiatan berolahraga justru dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Sebagai contoh, seorang yang demam yang melakukan kegiatan berolahraga dapat mengalami peningkatan kenaikan suhu tubuh hingga ke tingkat yang membahayakan jiwa. Atau contoh lain adalah jika seseorang tidak dapat berdiri dengan satu kaki karena mengalami cedera pergelangan kaki, maka kegiatan high-impact aerobic dance yang tadinya biasa dilakukan tanpa masalah dapat menyebabkan cedera lebih berat.

Pada saat kebugaran menjadi tujuan latihan olahraga, perlu diatur strategi latihan yang tepat sasaran dan sesuai dengan kondisi tubuh. Berolahraga mempunyai peran yang besar dalam menentukan tingkat kesehatan seseorang saat ini, sementara itu tidak berolahraga dapat mengakibatkan timbulnya faktor risiko berbagai penyakit di masa yang akan datang.

Dengan memahami konsep kebugaran, dampaknya terhadap kesehatan serta berbagai kegiatan jasmani yang dapat mendukung tercapainya kebugaran tubuh, wajar jika industry yang berperan dalam kebugaran sangat beragam dan berkembang dengan pesat. Saat ini industri fasilitas latihan maupun industri kesehatan yang berkait erat dengan konsep kebugaran sudah mulai memperlihatkan bentuknya. Namun demikian, bidang industry kebugaran masih terbuka luas untuk dikembangkan di masa yang akan datang dengan memperhatikan berbagai hal yang mempengaruhinya seperti pola kehidupan masyarakat, pola pembiayaan kesehatan, serta temuan ilmiah yang mendukungnya.

LATIHAN FISIK (rock climbing)
Pada prinsipnya olah raga memanjat tebing (rock climbing), olah raga yang menuntut kekuatan dan ketahanan otot tubuh. Selain itu, faktor lain ialah keberanian, ketenangan, kelenturan tubuh, dan teknik yang benar. Memanjat tebing melibatkan hampir seluruh otot tubuh. Mulai dari otot jari, otot lengan, otot punggung, otot perut, sampai otot kaki.
Untuk melatih seluruh otot tubuh dan mempertinggi daya tahan, diperlukan program latihan yang teratur dan berkesinambungan. Dengan program ini diharapkan kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance) atlet pemanjat (climber) bertambah baik secara bertahap.
Salah satu cara terbaik untuk menambah kekuatan dan daya tahan yang biasa dilakukan oleh atlet pemanjat tebing ialah berlatih lari teratur dengan menerapkan program latihan yang telah disusun. Penulis mempunyai suatu program latihan yang hasilnya cukup memadai dan pernah diterapkan ketika mempersiapkan pendakian pegunungan Alpen yang pertama, 1985, dan yang kedua, 1986. Secara teratur penulis latihan lari pada siang hari dengan jarak yang bervariasi.
Mengapa siang hari? Pada siang hari lapisan udara dipermukaan tanah ataupun jalan aspal menjadi lebih renggang dibandingkan dengan lapisan udara diatasnya akibat sinar matahari. Ini berarti kadar oksigen juga menipis. Keadaan ini sama dengan keadaan di gunung yang tinggi. Pada gunung yang tinggi sering kali diperlukan tabung oksigen untuk membantu pernapasan.
Dengan berlatih siang hari maka paru-paru akan dipaksa bekerja lebih keras menghisap udara berkadar oksigen rendah. Pemaksaan ini menyebabkan kemampuan paru-paru dalam menghisap udara semakin besar. Peningkatan kemampuan paru-paru berpengaruh terhadap daya tahan organ tubuh manusia. Semakin banyak kadar oksigen dapat dihisap dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui proses pembakaran, semakin baik daya tahan tubuh seseorang.
Tabel Program Latihan Lari
Jarak (meter) Waktu (menit) Frekuensi/Minggu
1600 8.30 - 9.30 1x
2400 12.00 - 13.00 1x
3200 17.00 - 18.00 1x
Mengingat olah raga ini menuntut kekuatan otot tubuh, terutama tangan, maka selain berlatih lari juga diperlukan latihan memperkuat otot. Caranya ialah dengan latihan beban (weight training). Latihan beban dapat dilakukan dengan dua cara :
1. memanfaatkan berat tubuh sendiri seperti pull-up, push-up, dan bergelantungan dengan kedua tangan
2. dengan bantuan peralatan seperti barbel dan dambel.
Untuk lebih mudahnya, ikuti petunjuk latihan beban dibawah ini yang disusun dalam satu seri latihan dengan selang istirahat 2 menit untuk setiap jenis latihan yang dilakukan. Diharapkan, setelah menjalankan program ini selama beberapa waktu, jarak istirahat semakin diperpendek. Dan latihan dapat dilakukan lebih dari dua seri, sampai akhjirnya kemampuan tangan dalam menahan beban semakin besar.Program latihan bagi para pemula
jenis latihan banyaknya selang istirahat
pull-up 5x 2 menit
push-up 10x 2 menit
sit-up 10x 2 menit


Setelah merasa mampu, tingkatkan latihan beban dengan cara mempersingkat selang istirahat dan memperbanyak tiap jenis latihan. Kemudian buatlah beban untuk latihan pull-up. Beban ini bisa diuat dari pasir yang dimasukkan ke kantong atau besi pemberat yang diketahui beratnya.
Gantungkan dengan tali ke tubuh setiap kali latihan pull-up. Guna latihan ini untuk melatih kemampuan otot tangan dalam mengangkat beban berat. Latihan dilakukan bertahap dengan berat beban yang semakin bertambah.

Selain lari dan latihan beban, ada sebuah metode latihan yang efektif yaitu dengan membuat tebing tiruan dari batu yang ditempelkan pada dinding ataupun dengan melubangi dinding. Inilah yang disebut dengan Climbing Wall, memanjat tembok.
Climbing Wall merupakan sarana latihan yang mudah dibuat dan bermanfaat untuk melatih keseimbangan, menambah kekuatan otot, daya tahan, dan meningkatkan ketrampilan pemanjat tebing. Dengan Climbing Wall. Seseorang dapat meningkatkan frekuensi berlatihnya mengingat Climbing Wall dapat dibuat di sembarang dinding. Baik dinding kamar ataupun dinding pagar.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat Climbing Wall, yaitu penempatan batu dan lubang pada dinding. Hendaknya diusahakan agar Climbing Wall yang dibuat tidak hanya melatih satu gerak memanjat yang monoton. Variasi penempatan batu dan lubang akan lebih terasa manfaatnya.
Meskipun frekuensi berlatih di Climbing Wall tinggi namun jangan lupa bahwa cara terbaik untuk memanjat tebing ialah memanjat tebing yang sesungguhnya.Climbing Wall ganya berperan sebagai penunjang. Kesulitan yang didapat di Climbing Wall dapat diatur menurut selera pembuat tentu berlainan dengan kesulitan di tebing yang sesungguhnya.



referensi
1. Agita mundo - move for health, World Health Day 2002, WHO 2002
2. American College of Sports Medicine. Position stand, the recommended quantity and quality of exercise for developing and maintaining cardiorespiratory and muscular fitness, and flexibility in healthy adults. Med Sci Spo Exerc: 6 (30), June 1998
3. Asep Ruyani. http://mapella.blogspot.com/2008/02/latihan-fisik.html, pada tanggal 20 Maret 2009
4. Koontz-Stuyvesant L. Yoga. diunduh dari http://www.yogamovement.com/ pada tanggal 20 Maret 2006
5. Pilates method. diunduh dari http://www.pilates-studio.com pada tanggal 20 Maret 2006
6. The President's council on physical fitness and sports. Definitions: health, fitness, and physical activity. diunduh dari http://www.fitness.gov/digest_mar2000.htm pada tanggal 20 Maret 2006
7.Wilmore JH, Costill DL. Physiology of sport and exercise, ed 3. Champaign, IL, Human Kinetics, 2004

Hakikat Penelitian Dalam Psikoneuroimunologi

Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.

Dalam buku berjudul Introduction to Research, T. Hillway menambahkan bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis)”.

Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).

APA PENELITIAN ITU?

Mencari tahu, mengungkap fakta, Pembuktian dan Uji coba teori. MENEMUKAN SESUATU YANG BARU (DISCOVERY).

Dasar Riset
- Manusia memiliki akal budi dan pengetahuan
- Keingintahuan (rasa ingin tahu) manusia yang sangat tinggi
- Manusia ingin efektif dan efisien dalam kehidupan
- Kerakusan manusia untuk menguasai dan mengeksploitasi alam

Perbedaan Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan,Informasi dan Data
- Pengetahuan : sesuatu yang diketahui dan dimiliki manusia secara pribadi
- Ilmu pengetahuan: pengetahuan yang sudah teruji kesahihannya
- Informasi: pengetahuan yang sudah disebarluaskan dan diketahui masyarakat
- Data: informasi tersimpan dan dapat ditemubalikkan

Paradigma & Perspektif Riset
- Patokan Kesamaan sudut pandang dalam riset disebut paradigma & perspektif .
- Kebenaran (obyektivitas) Riset tergantung paradigma.
- Berbeda paradigma menyebabkan beda penafsiran temuan

Paradigma dan Perspektif
- Positivistik:
Paradigma dan perspektif yang menentukan kebenaran dalam hubungan premis positif dan negative.
- Konstruktivistik:
Paradigma dan perspektif yang berupaya mengikuti cara berpikir dan budaya dari obyek penelitian fenomena
- Kritik:
Paradigma dan perspektif yang berusaha membongkar dan memberikan nilai baru dalam fenomena yang dianggap hegemoni

ASPEK EPISTEMOLOGIS, ONTOLOGIS & AKSIOLOGIS

EPISTEMOLOGIS
- Esensi dari realitas (kenyataan) dari riset.
- Realitas ada di dalam atau di luar peneliti?
- Peneliti memiliki jarak dengan yang diteliti (obyek) atau tidak?

ONTOLOGIS
- Wujud kebenaran dalam riset, apakah nyata dalam kehidupan atau di luar sana
- Kebenaran Apakah terbentuk dari keadaan sejarah, kekuatan sosial, budaya dan ekonomi politik

AKSIOLOGIS:
- Berlaku tidak sisipan kekuatan Etika dan Nilai.
- Riset ada yang berkekuatan moral untuk melakukan pengerakan dan Kontrol social
- Melakukan perubahan atas dinamisasi sosial yang ada.

METODOLOGIS:
- Apakah Hypotetico Deductive Method?
- Apakah Eksplanasi suatu fenomena.
- Apakah mengkaji interaksi antar manusia dan simbol yang ada.


JENIS PENELITIAN

1. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berguna untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tidak terduga sebelumnya dan membangun kerangka teoritis baru. Penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena dan bukan angka-angka yang penuh prosentaase dan merata yang kurang mewakili keseluruhan fenomena. Dari penelaitian kualitatif tersebut, data yang diperoleh dari lapangan biasanya tidak terstruktur dan relative banyak, sehingga memungkinkan peneliti untuk menata, mengkritis, dan mengklasifikasikan yanglebih menarik melalui penelitian kualitatif. Istilah penelitian kualitatif, awalnya beraasal dari sebuah pengamatan pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif (Suwardi Endraswara, 2006:81).

Menurut Brannen (1997:9-12), secara epistemologis memangada sedikit perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif selalu menentukan data dengan variabel-veriabel dan kategori ubahan, penelitian kualitatif justru sebaliknya. Perbedaan penting keduanya, terletak pada pengumpulan data. Tradisi kualitatif, peneliti sebagai instrument pengumpul data, mengikuti asumsi cultural, dan mengikuti data.

Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretif, penelitian etnografik, penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan studi kasus. Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.

Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.

2. Penelitian Kuantitatif

Menurut August Comte (1798-1857) menyatakan bahwa paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).

Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Hal ini sekaligus mengindikasikan, bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena). Yang dimaksud dengan fenomena di sini adalah sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada external appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi (Edmund Husserl 1859-1926).
Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi, paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu pemikiran rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan korespondensi. Koheren besarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, serta korespondens berarti sesuai dengan kenyataan empiris. Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari proses perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis, pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus; logico, hypothetico, verifikatif.

3. Tindakan

Tindakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam penelitian guna mencapai penelitian yang senpurna. Tindakan ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui dengan jelas bahwa ada beberapa ketentuan dalam melakukan tindakan penelitian. Seperti halnya penelitian kualitatif dan kuantitatif, tindakan termasuk aspek yang perlu dikaji oleh seorang peneliti. Tindakan merupakan salah satu ketentuan dalam penelitian.


Referensi :

http://annisahanumpalupi.blogspot.com/2010/04/paradigma-perspektif-dalam-penelitian.html
http://www.scribd.com/doc/9378337/PENELITIAN

Kisi-kisi UAS Metodologi Riset

1. Penelitian yang dimaksudkan untuk mencari dan menunjukkan masalah dan pemecahannya disebut :
2. Apabila pendekatan penelitian ditinjau dari sisi obyek penelitian, maka penelitian yang dimaksudkan untuk menggali permasalahan yang mungkin ada dalam suatu obyek penelitian, disebut :
3. Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus merumuskan strategi penelitian terlebih dahulu. Daftar berikut menunjukan beberapa alas an seorang peneliti menggunakan design penelitian SURVEY, kecuali :
4. Tipologi design penelitian yang dikenal dalam metodologi penelitian ilmu-ilmu social terdiri dari tiga macam. Diantara daftar berikut yang bukan merupakan tipologi design penelitian ilmu-ilmu social adalah :
5. Dalam melakukan penelitian, sifat kepribadian seorang peneliti mempunyai peran yang sangat penting. Daftar berikut menunjukkan beberapa unsur-unsur persyaratan kepribadian seorang peneliti, Kecuali :
6. Dalam merumuskan suatu judul penelitian, seorang peneliti harus merumuskan judul penelitiannya dengan baik. Berikut adalah daftar persyaratan suatu judul penelitian, Kecuali :
7. Salah satu manfaat yang sangat penting suatu usulan proyek penelitian :
8. Susunan proposal penelitian dibagi dalam beberapa bagian. Salah satu bagian dalam proposal penelitian :
9. Instrumen penelitian adalah :
10. Alat penggunaan design survey dalam suatu penelitian social antara lain sebagai berikut:
11. Kelemahan utama yang sering terjadi dalam penelitian dengan menggunakan design survey adalah :
12. Model komunikasi impersonal dalam suatu rancangan penelitian survey dilakukan dengan cara:
13. Seringkali dalam suatu penelitian, penyusun daftar pertanyaan harus memperhatikan objective disguise, artinya:
14. Dalam suatu wawancara, keberhasilannya sangat tergantung oleh beberapa persyaratan, tidak termasuk dalam persyaratan tersebut adalah:
15. Nonresponse error adalah:
16. Struktur pertanyaan dalam suatu penelitian yang berbasis pengambilan keputusan bisnis mengandung 4 unsur pokok. Yang tidak termasuk dalam unsure pokok adalah:
17. Ada 2 alrternatif cara mengajukan pertanyaan dalam suatu daftar pertanyaan. Salah satu diantaranya berupa pertanyaan yang tertutup, maksudnya:
18. Instrument drafting, adalah:
19. Langkah terakhir dalam penyusunan suatu daftar pertanyaan adalah:
20. Faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan apakah daftar pertanyaan dengan struktur jawaban terbuka ataukah tertutup antara lain, kecuali:
21. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh sipeneliti dalam perumusan kata-kata (questions wording), antara lain kecuali:
22. Pertanyaan dengan jawaban berganda mempunyai banyak kelemahan, sehingga seseorang peneliti sering menghadapi kesulitan. Kelemahannya tersebut adalah sebagai berikut, kecuali:
23. Probability ramdom sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang mempunyai karakteristik:
24. Dalam suatu penelitian banyak factor yang harus dipertimbangkan dalam merancang sampel, salah satu diantaranya adalah: apakah sampel relevan dengan populasinya? Pertanyaan ini mengandung maksud:
25. Alas an pendekatan pengambilan sampel dalam stratified sampling adalah:
26. Daftar berikut ini yang tidak termasuk dalam kategori complex random sampling adalah :
27. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan pendekatan proposional (proportionate sampling method ), maksudnya :
28. Nonprobability sampling, adalah ;
29. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pengambilan sampel secara sistematik. Yang tidak termasuk dalam langkah-langkah tersebut adalah :
30. Arti kata Hipotesa, adalah :

Kisi2 UAS Psikoneuroimunologi

1. Teorinya stresor fisik maupun psikologik akan mengakibatkan 3 tingkatan gejala adaptasi umum; tahap reaksi :
2. Stressor psikologik :
3. Interferon dapat meningkatkan aktifitas sitotoksik.
4. Yang dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma.
5. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat, yaitu :
6. Sistem imun spesifik terdiri dari sistem imun spesifik humoral dan selular. Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah
7. Yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah:
8. Yang berfungsi sebagai regulator dan efektor :
9. Yang menjadi mediator reaksi hipersensitifitas tipe lambat pada organisme intraseluler seperti Mycobacterium tuberculosis.
10. Contoh beberapa penyakit autoimun :
11. ide dasar konsep psikoneuroimunologi yaitu :
12. Stresor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi yang terletak.
13. Stres telah menyebabkan perubahan neurotransmitter neurohormonal melalui berbagai aksis seperti :
14. Neuron bagian medial parvocellular nucleus paraventricular hypothalamus (mpPVN). Neuron tersebut akan mensintesis
15. Mengaktifkan proses biosintesis dan melepaskan glukokortikoid dari korteks adrenal kortison pada roden dan kortisol pada primata.
16. Peningkatan glukokortikoid umumnya disertai penurunan kadar:
17. Glukokortikoid dan steroid gonadal melawan efek fungsi imun, stres pertama akan menyebabkan :
18. Orang depresi yang banyak makan biasanya akan mengalami :
19. Efek glukokortikoid (GCs) sebagai hasil sekresi adrenokortikotropin sangatlah kompleks, secara akut (dalam beberapa jam), glukokortikoid langsung akan menghambat aktifitas :
20. Stres dan Sistem Imun Tubuh merupakan konsekuensi tidak langsung dari proses pengaturan interaksi antara :
21. Defisiensi Ig A terisolasi (isolated Ig A deficiency) :
22. Sel T yang dirangsang antigen tumor melepas limfokin seperti :
23. Struktur molekul deoxyribonucleic acid :
24. DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama:
25. basa nitrogen, yang terdiri dari:
26. IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari :
27. Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya adalah
28. IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam serum terdapat :
29. Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah :
30. Komponen kebugaran yang terkait dengan kesehatan secara umum adalah :